META-ANALISIS PENGARUH
STRATEGI PEMBELAJARAN
TERHADAP KEMAMPUAN BERBAHASA INGGRIS
oleh
A.A. Istri Ngurah Marhaeni
Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris
Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni,
IKIP Negeri Singaraja
ABSTRAK
Meta-analisis ini menggunakan hasil penelitian eksperimental
mengenai pengaruh strategi pembelajaran terhadap kemampuan berbahasa Inggris.
Dari lima buah penelitian, diperoleh 26 buah temuan penelitian yang selanjutnya
merupakan subjek penelitian ini. Rumus Glass digunakan untuk menghitung
besarnya pengaruh. Meta-analisis ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara keseluruhan strategi pembelajaran
terhadap kemampuan berbahasa Inggris, serta pengaruh tiga aspek yang ditemukan
dalam eksperimen-eksperimen tersebut, yaitu tingkat pendidikan, jenis strategi
yang digunakan, dan jenis properti kebahasaan yang dipengaruhi. Hasil analisis
menunjukkan bahwa strategi pembelajaran efektif dalam meningkatkan kemampuan
berbahasa Inggris, terutama pada tingkat sekolah menengah. Temuan lain menunjukkan
bahwa strategi-strategi metakognisi berpengaruh lebih besar terutama pada kemampuan membaca pemahaman,
dibandingkan strategi-strategi non-metakognisi.
Kata-kata kunci: meta-analisis,
strategi pembelajaran, kemampuan berbahasa Inggris
ABSTRACT
The meta-analysis involved results of experimental studies
concerning the effects of instructional strategies upon English language
abilities. From five studies, 26 findings were documented, which were then, the
subjects of the study. Glass’ formula was applied to compute the effect sizes.
The study aimed at investigating the whole effect of the instructional
strategies, as well as the effects of three aspects of the research, namely
levels of education, kinds of instructional strategies, and kinds of language properties
affected. Results of the analysis revealed that the instructional strategies
were effective in improving English language abilities, particularly at high
school level. Furthermore, it was found out that meta-cognitively oriented
strategies affected better especially on reading comprehension, than the non
meta-cognitive ones.
Key words:
meta-analysis, instructional strategies, English language abilities
1. Pendahuluan
Dengan makin pesatnya pertumbuhan dan perkembangan dunia
pendidikan, semakin beragam pula strategi pembelajaran yang diformulasikan dan
selanjutnya digunakan. Dalam konteks pembelajaran bahasa asing/bahasa kedua,
Gardner (2001) mengatakan bahwa strategi pembelajaran adalah salah satu dari
tiga faktor paling penting yang menentukan keberhasilan belajar, selain faktor
motivasi dan bakat. Demikian pentingnya strategi pembelajaran, sehingga
dipandang perlu adanya suatu kajian tentang efektivitas strategi
pembelajaran terhadap kemampuan
berbahasa. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan melakukan
meta-analisis. Tujuan meta-analisis ini adalah untuk mengetahui besarnya
pengaruh strategi pembelajaran terhadap kemampuan berbahasa Inggris, baik
pengaruhnya secara keseluruhan maupun ditinjau dari aspek-aspek jenjang
pendidikan subjek, jenis strategi instruksional yang digunakan, dan jenis
kemampuan berbahasa Inggris yang dipengaruhi.
Seperti umumnya penelitian sejenis, meta-analisis ini
diharapkan dapat bermanfaat dalam bidang pendidikan khususnya pengajar bahasa
Inggris dapat memilih strategi pembelajaran yang tepat; maupun dalam bidang
penelitian terutama untuk memperkaya topik penelitian maupun mengembangkan
kajian pustaka.
Telah banyak dilakukan penelitian mengenai efektivitas
strategi pembelajaran terhadap kemampuan berbahasa. Rivers (1990) mengatakan
bahwa strategi/metode mengajar adalah kunci keberhasilan pengajaran bahasa yang
komunikatif. Dalam konteks pembelajaran, keputusan untuk menggunakan suatu
strategi haruslah berdasarkan pada pertimbangan tentang hakekat perkembangan
kemampuan berbahasa.
Jika ditelusuri
sejarahnya, pandangan tentang perkembangan kemampuan berbahasa berubah-ubah.
Pada jaman Perang Dunia ke-2, orang menganggap bahwa kemampuan berbahasa
terjadi karena pembentukan kebiasaan (habit formation). Pandangan ini sangat
dipengaruhi oleh teori belajar behavioristik yang dimotori antara lain oleh
Watson dan Skinner; dan oleh teori linguistik strukturalis yang diilhami oleh
tulisan-tulisan L. de Saussure. Selanjutnya, pada tahun 60-an, pandangan
tentang bagaimana kemampuan berbahasa berkembang, berubah. Teori behavioristik
yang mengutamakan pada hal-hal yang bersifat kasat mata (observed) terbukti
mengabaikan peranan faktor kognitif. Chomsky berargumentasi bahwa apapun yang
muncul kepermukaan (surface structure) adalah hasil dari suatu proses yang ada
di dalam otak (deep structure). Oleh karena itu, tentu saja yang lebih penting adalah bagaimana deep structure
itu terbentuk sehingga menghasilkan ekspresi-ekspresi bahasa yang sesuai.
Pandangan kontemporer mengatakan bahwa bahasa bersifat
holistik (Goodman,1986; Edelsky dan Altwelger, 1994; Weaver,1994). Karena
holistik, maka bahasa tidak bisa dipisah-pisah dalam bagian-bagian. Perlakuan
terhadap bahasa dengan memisahkannya menjadi bagian-bagian bertentangan dengan
hakikat bahasa itu sendiri.
Dalam kaitannya dengan perkembangan kemampuan berbahasa,
perspektif holistik yang berorientasi pada aliran konstruktivis berpendapat
bahwa anak belajar dengan cara membangun (to construct) pengetahuan. Dikatakan
bahwa setiap anak terlahir dengan membawa suatu Learning Potential (bertentangan dengan Teori Tabularasa yang
mengatakan bahwa anak terlahir bagai kertas putih, kosong). Dalam teori skema
(Weaver, 1994), potensi ini diibaratkan sebagai suatu dam yang berisi berbagai
informasi, hasil transaksi antara apa yang dimiliki dengan apa yang dipelajari.
Hasil belajar ini berbeda-beda antara satu dengan yang lain, meskipun stimulus
yang diberikan sama persis. Hal ini disebabkan oleh ‘isi dam’ masing-masing
anak berbeda-beda, yang menyebabkan proses transaksi untuk membentuk
pengetahuan baru pun berbeda-beda.
Lebih jauh,
Rosenblatt (1988) menegaskan bahwa dalam proses belajar berbahasa
terjadi suatu proses tarik ulur (interplay) yang terus-menerus antara learning
potential pebelajar dengan meaning potential yang dibawa oleh
stimulus (misalnya teks pada kegiatan membaca). Bila potensi yang ada pada
pebelajar banyak yang cocok dengan potensi pada bacaan, maka proses pembentukan
makna terjadi dengan cepat dan banyak. Makna yang terbentuk ini menambah
informasi pada ‘dam’ anak tersebut.
Pandangan konstruktivis di atas telah mempengaruhi
keputusan guru dalam memilih strategi pembelajaran. Metode ceramah dan berbagai
teknik spoonfeeding tidak lagi relevan dalam pembelajaran bahasa.
Marhaeni (1999) menggunakan teknik journal writing dalam pembelajaran Reading
I pada mahasiswa S1 jurusan bahasa Inggris. Satu self-selected text
dibaca oleh setiap mahasiswa setiap minggu; selanjutnya mahasiswa memberikan
respons terhadap isi bacaan itu dalam bentuk tulisan pendek (sekitar 300 kata).
Respons itu dapat berbentuk ringkasan
dari teks, komentar tentang isi teks, dan refleksi. Setiap penulisan lima buah
jurnal dilakukan reading conferences, dimana setiap mahasiswa memilih
karyanya yang terbaik untuk didiskusikan dalam conference dengan dosen.
Hasil kegiatan ini menunjukkan adanya hasil belajar yang baik pada aspek
kosakata dan pemahaman. Temuan yang juga menarik adalah berkembangnya unsur
afeksi pada mahasiswa. Mereka mulai suka membaca dan pilihannya adalah bacaan berbahasa Inggris.
Karena demikian pentingnya strategi pembelajaran, dan
dengan banyaknya strategi yang telah digunakan dalam penelitian-penelitian
terutama dalam eksperimen, diperlukan suatu meta-analisis untuk mengetahui
dampaknya terhadap kemampuan berbahasa Inggris.
Glass, dkk. (1981) mengatakan bahwa meta-analisis adalah
an approach to research integration.
Dengan kata lain, meta-analisis
adalah analisis integratif
terhadap sejumlah hasil penelitian yang sejenis. Meta-analisis bertujuan
untuk mendapatkan suatu kesatuan pemahaman atau konklusi umum tentang
hasil-hasil penelitian tersebut.
Meta-analisis bersifat kuantitatif karena menggunakan
penghitungan angka-angka dan statistik untuk kepentingan praktis, yaitu untuk
menyusun dan mengekstraksi informasi dari begitu banyak data yang tak mungkin
dilakukan dengan metode lain.
Besar pengaruh suatu perlakuan dihitung melalui effect size. Berbagai metode
dianjurkan oleh para ahli untuk menghitung effect size. Dalam penelitian
ini dipilih metode dari Glass dkk.(1981), yaitu dengan mencari besarnya delta
(Δ) dengan jalan membagi selisih rerata
kelompok eksperimen (E) dengan rerata kelompok kontrol (K), dengan deviasi
standar (SK) kelompok kontrol. Rumusnya adalah :
∆ =
Besarnya delta (Δ)
menunjukkan perbedaan antarkelompok dan dinyatakan dalam satuan deviasi standar
relatif terhadap deviasi standar kelompok kontrol. Besar pengaruh yang bersifat
positif menunjukkan bahwa pengaruh variabel yang diteliti pada kelompok
eksperimen lebih besar daripada kelompok kontrol; demikian sebaliknya bila
arahnya negatif.
2. Metode
Penelitian
Penelitian meta-analisis ini menggunakan lima buah
artikel hasil penelitian yang dipilih sesuai dengan tujuan penelitian yaitu
hasil-hasil penelitian tentang pengaruh strategi pembelajaran terhadap
kemampuan berbahasa Inggris. Kelima penelitian tersebut dapat dilihat pada
lampiran 1. Dari hasil pemberian kode temuan-temuan penelitian, diperoleh 26 subpenelitian,
yang selanjutnya disebut sebagai subjek penelitian.
Dalam penelitian ini digunakan instrumen berupa lembaran
pemberian kode (coding sheet) seperti yang digunakan oleh Juliati S (1993) dan
Soekamto (1989). Coding sheet tersebut berupa sebuah tabel, dengan
kolom-kolom untuk menuliskan beberapa informasi maupun variabel dari
artikel-artikel yang dianalisis. Informasi dan variabel yang ditabulasi adalah
(a) nama peneliti dan tahun publikasi, (b) jenjang pendidikan yang diteliti,
(c) lama waktu perlakuan, (d) jumlah subjek penelitian, (e) variabel terikat,
(f) variabel bebas, (g) jenis perlakuan, (h) effect size untuk setiap
variabel, dan (i) rata-rata effect size untuk setiap perlakuan. Kolom
(g) jenis perlakuan, sesuai dengan topik meta-analisis ini adalah strategi
pembelajaran yang digunakan dalam setiap subpenelitian. Karena
penelitian-penelitian yang digunakan berjenis eksperimental, maka perlakuan
dibedakan menjadi perlakuan/strategi untuk kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol.
Langkah-langkah tabulasi data adalah (1) identifikasi variabel-variabel penelitian.
Yang setelah ditemukan, dimasukkan dalam kolom variabel yang sesuai, (2)
identifikasi rerata dan deviasi standar dari data kelompok eksperimen maupun
kelompok control untuk setiap subjek/subpenelitian, (3) penghitungan effect
size dengan menggunakan rumus Glass (1981) berdasarkan rerata dan deviasi
standar tersebut. Hasil penghitungan kemudian dimasukkan ke dalam kolom yang
sesuai. Hasil dari proses tabulasi data di atas dapat dilihat pada lampiran 2.
3. Hasil Penelitian dan Pembahasan
3.1 Hasil Penelitian
Pemilahan dan pengelompokan subjek (subpenelitian) yang
dilakukan sesuai dengan jenis variabel yang diteliti ditampilkan dalam
kelompok-kelompok, sebagai berikut. (1)
Kelompok jenjang pendidikan subjek dibagi menjadi jenjang Perguruan Tinggi (PT)
dan Sekolah Menengah (SM). (2) Kelompok jenis strategi pembelajaran yang
digunakan dibagi menjadi Strategi Metakognisi (MK) dan Strategi Non-Metakognisi
(Non-MK). (3) Kelompok jenis kemampuan berbahasa Inggris yang dipengaruhi
dibagi menjadi Pemahaman Teks (PTs), Penguasaan Kosakata (PK), Kemampuan
Berbahasa Umum (KBU), dan Kemampuan Menulis (KM).
Distribusi 26 subpenelitian kedalam kelompok-kelompok
itu dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1: Distribusi
Subjek/Subpenelitian Berdasarkan Aspek-Aspek yang Diteliti N = 26
PT
|
SM
|
MK
|
Non-MK
|
PTs
|
PK
|
KBU
|
KM
|
TOTAL
|
|
1) Jenjang pdd.
|
15
|
11
|
26
|
||||||
2) Strategi
|
23
|
3
|
26
|
||||||
3) Kemampuan
|
23
|
1
|
1
|
1
|
26
|
Setelah dilakukan penghitungan effect size untuk semua
subpenelitian (seperti terlihat pada lampiran 2), pertama-tama dihitung
interval rerata besar pengaruh, sebagai berikut.
N
|
26
|
∑∆
|
19,91
|
0,77
|
|
ЅΔ
|
0,76
|
Interval rerata besar pengaruh
( α = 0,05) dihitung dengan
rumus:
±
Dalam mana:
N : jumlah
subjek/subpenelitian
∑Δ : jumlah besar effect
size semua N
: Rata-rata effect
size semua N
SΔ : Deviasi standar effect
size semua N
Z : Nilai pada kurva
normal untuk α = 0,05
Dengan memasukkan angka-angka di atas kedalam rumus maka,
0,77 ±
= 0,77 ± 0,29
= 0,48 --------1,06
Jadi, interval rerata besar
pengaruh berada pada rentangan 0,48 sampai dengan 1,06.
Dari hasil perhitungan di atas, dapat dilihat bahwa
interval rerata besar pengaruh berada pada arah positif, yaitu sebesar 0,48
sampai 1,06. Hal ini berarti secara
keseluruhan, penggunaan strategi pembelajaran berpengaruh positif terhadap
kemampuan berbahasa Inggris. Dengan kata lain, penerapan strategi pembelajaran
menyebabkan kemampuan berbahasa Inggris
kelompok eksperimen lebih tinggi 0,77 kali deviasi standar kemampuan berbahasa
Inggris kelompok kontrol.
Berdasarkan Jenjang Pendidikan Subjek, rerata besar
pengaruh strategi pembelajaran adalah sebagai berikut.
PT
|
SM
|
|
N
|
15
|
11
|
∑∆
|
6,089
|
13,83
|
0,38
|
1,26
|
|
ЅΔ
|
0,41
|
0,89
|
Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa rerata
pengaruh yang besar terjadi pada jenjang Sekolah Menengah (SM), yaitu sebesar
1,26, sedangkan rerata pengaruh pada jenjang Perguruan Tinggi (PT) hanya 0,38.
Demikian pula bila dilihat dari konsistensi pengaruh berdasarkan jenjang ini,
ternyata pada jenjang sekolah menengah pengaruhnya konsisten karena deviasi
standarnya lebih kecil daripada reratanya, yang hampir sebesar satu setengah
kali deviasi standarnya. Sebaliknya, pada jenjang perguruan tinggi, deviasi
standarnya lebih besar daripada reratanya, yang berarti bahwa tidak terjadi
konsistensi pengaruh.
Berdasarkan Jenis
Strategi Pembelajaran yang digunakan, besarnya rata-rata pengaruh dihitung
sebagai berikut.
MK
|
Non-MK
|
|
N
|
23
|
3
|
∑∆
|
18,49
|
1,43
|
0,80
|
0,48
|
|
ЅΔ
|
0,79
|
0,50
|
Dari hasil perhitungan di atas dapat dilihat bahwa
penggunaan strategi Metakognisi (MK) memberikan pengaruh besar (0,80), sedangkan strategi
Non-Metakognisi memberikan pengaruh lebih kecil (0,48). Lebih jauh dapat
dilihat bahwa strategi metakognisi berpengaruh hampir dua kali lipat lebih
tinggi dibandingkan dengan strategi non-metakognisi.
Bila dilihat dari
deviasi standar masing-masing kelompok, ternyata pengaruh strategi metakognisi
bersifat konsisten karena deviasi standarnya lebih kecil daripada rerata
pengaruhnya, sedangkan konsistensi tidak terjadi pada strategi non-metakognisi
karena deviasi standarnya lebih besar dibandingkan rerata pengaruhnya.
Berdasarkan Jenis Kemampuan Berbahasa Inggris yang
dipengaruhi, besarnya rerata pengaruh strategi pembelajaran adalah sebagai
berikut.
PTs
|
PK
|
KBU
|
KM
|
|
N
|
23
|
1
|
1
|
1
|
∑∆
|
17,70
|
1,91
|
0,26
|
0,06
|
0,77
|
1,91
|
0,26
|
0,06
|
|
ЅΔ
|
0,75
|
0
|
0
|
0
|
Perhitungan di atas menunjukkan bahwa dari empat kelompok kemampuan yang
dipengaruhi, tiga di antaranya hanya meliputi satu subpenelitian. Sebagian
besar (23 subpenelitian) mengenai pengaruh strategi pembelajaran terhadap pemahaman teks (PTs). Hasil analisis
menunjukkan, rerata pengaruh strategi pembelajaran terhadap kemampuan pemahaman
teks adalah 0,77, dengan deviasi standar sebesar 0,75. Hasil ini menunjukkan
bahwa terjadi pengaruh yang cukup besar dan konsisten dari strategi
pembelajaran terhadap kemampuan memahami teks. Sementara itu, terjadi pengaruh
yang besar pada kemampuan kosakata, yaitu sebesar 1,91.
3.2 Pembahasan
Secara keseluruhan,
ternyata strategi pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris.
Hasil ini sesuai dengan temuan pada studi meta-analisis keefektifan strategi
instruksional yang dilakukan oleh Soekamto (1989), bahwa strategi instruksional
dapat meningkatkan hasil belajar. Bilamana dilihat dari aspek perbedaan jenjang
pendidikan di mana strategi pembelajaran digunakan, temuan penelitian
menunjukkan bahwa penerapan strategi pembelajaran ternyata lebih efektif di
jenjang sekolah menengah dibandingkan di jenjang perguruan tinggi. Hal ini
merupakan hal yang logis sebab, sesuai dengan tingkat kematangannya (utamanya
dalam pengalaman dan usia), seseorang
akan menjadi lebih mandiri dalam banyak hal, termasuk dalam belajar bahasa
Inggris. Di perguruan tinggi umumnya mahasiswa telah menemukan tujuan
belajarnya. Oleh karena itu, motivator eksternal seperti strategi pembelajaran
yang digunakan pengajar tampaknya tidak banyak membedakan hasil belajar mereka.
Sebaliknya, di tingkat sekolah menengah, strategi pembelajaran memberikan
pengaruh yang tinggi terhadap hasil belajar. Pemilihan strategi yang tepat oleh
guru dapat memberikan hasil belajar yang baik.
Sementara itu,
dalam aspek pemilihan strategi pembelajaran ternyata strategi metakognisi
berpengaruh lebih besar daripada strategi non-metakognisi, yang berarti bahwa
strategi metakognisi sangat efektif untuk meningkatkan kemampuan berbahasa
Inggris, terutama pada kemampuan kosakata dan membaca pemahaman. Brown dalam
Nolan (1991) mengatakan bahwa ada dua faktor yang terlibat dalam metakognisi siswa,
yaitu (1) kesadaran pebelajar tentang proses kognitifnya dan (2) pemahaman
pebelajar tentang sumber-sumber kognitif dan pemanfaatan cara-cara mengatur
diri, seperti merencanakan. Hal ini berarti bahwa stimulasi terhadap kesiapan belajar (learning
readiness) sangat penting dilakukan sebelum pelajaran dimulai, untuk dapat
menyentuh mental state siswa, sehingga dia menyadari apa yang akan
dipelajari dan siap untuk belajar hal itu. Hasil ini sekaligus pula menunjukkan
bahwa orientasi behavioristik saja (yang menekankan pada habit formation melalui
repeated exercises) tidak cukup untuk memfasilitasi kemampuan berbahasa
seseorang.
Dalam
eksperimen-eksperimen tersebut, berbagai bentuk strategi metakognisi digunakan
seperti pre-questioning dan summarizing dalam pembelajaran
membaca pemahaman (reading comprehension). Sementara itu, dilihat dari
kemampuan berbahasa Inggris yang dipengaruhi, ternyata kemampuan kosakata
mengalami pengaruh tertinggi akibat dari penggunaan strategi pembelajaran;
disusul oleh kemampuan memahami teks, sedangkan kemampuan bahasa umum dan
kemampuan menulis mengalami pengaruh yang kecil saja. Jika dilihat lebih jauh,
ternyata kemampuan yang tinggi pada kosakata dan membaca disebabkan oleh
penggunaan strategi metakognisi. Hal ini sejalan dengan temuan sebelumnya bahwa
strategi metakognisi efektif dalam meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris.
Namun demikian, tampaknya kita hanya dapat menyimpulkan hal ini kepada
kemampuan membaca saja sebab, dalam penelitian ini, hanya ada satu penelitian (subpenelitian)
mengenai kosakata, sehingga simpulan yang definitif tidak dapat dilakukan.
4. Penutup
Dari hasil penelitian dan
pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran terutama
strategi metakognisi, efektif untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris
terutama di jenjang sekolah menengah. Berdasarkan
hasil meta-analisis ini, perlu disarankan kepada para guru bahasa Inggris untuk
lebih mengoptimalkan penggunaan strategi metakognisi dalam pembelajaran.
Selanjutnya, mengingat manfaat yang diperoleh melalui penelitian meta-analisis,
perlu dilakukan penelitian sejenis untuk bidang-bidang lain dan menggunakan
lebih banyak sampel penelitian eksperimental.
DAFTAR PUSTAKA
Edelsky,
C. & Altwelger, B.(1994).Whole Language, What’s the Difference?.
N.H: Heinemann
Gardner,
R.C. (2001) Language Learning Motivation, the Student, the Teacher, and the
Researcher. Available at http://publish.uwo.ca/~gardner/
Glass,
G.V., McGaw B. , & Smith, M.L. (1981). Meta-Analysis in Social Research.
London: Sage Publications.
Goodman, K. (1986).
What’s Whole in Whole Language? N.H : Heinemann
Juliati
S. (1993). ‘Meta-Analisis Hubungan Hasil
Belajar terhadap Sikap’. Jurnal Lemlit dan P2M Univ. Darma Persada. Tahun
II no. 1 (Sept.) (22-33)
Marhaeni,
AAIN. (1999). ‘Rosenblatt’s Transactional Theory and Its Implementation in the
Teaching of Integrated Reading’. Jurnal Ilmu Pendidikan Jilid 5 Nomor 4
(September) (206-219)
Nolan,
T.E. (1991) Self-Questioning and Prediction: Combining Metacognitive
Strategies. The Reading Teacher. (pp. 132-138). International Reading
Association.
Richards,
J.C & Rogers, T.S. (1986). Approaches and Methods in Language Teaching.
Cambridge: Cambridge Univ. Press
Rivers,
W.M. (1990). Interactive Language Teaching. Cambridge: Cambridge Univ.
Press
Rosenblatt,
L.M. (1988). Writing and Reading: The Transactional Theory, Technical Report
No. 416. Cambridge: Bolt, Beranek, and Newman Inc.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar